LRT Palembang Made in Indonesia

27 February 2017


Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kian mematangkan pengerjaan pembangunan LRT (light rail transit) Palembang-Jakarta. Selain memonitoring progres pembangunan, pihaknya bersama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA sebagai pemenang tender merencanakan pengadaan sarana kereta.

Terungkap, ternyata kereta itu produksi dalam negeri bukan luar negeri. “Yang menang tender kereta INKA. Jadi made in (buatan) Indonesia,” ungkap Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, di Kemenhub Jakarta, kemarin (24/2). Alasannya, PT INKA selama ini sudah teruji membuat kereta api, bahkan juga untuk ekspor.

Nah, rencananya kereta ini dibuat di pabrik INKA yang ada di Madiun. “Tahun ini juga produksi berjalan. Karena kita menargetkan pada 2017 kereta sudah mulai di uji coba di Palembang. Lalu Juni 2018 sudah bisa beroperasi,” ungkapnya. Untuk pendanaan LRT, lanjut Budi, menggunakan APBN selama lima tahun, 2017-2021. Total senilai Rp11,4 triliun.

Dia menjelaskan, kereta LRT itu bakal ditenagai mesin listrik. Karena lebih efisien dan rendah emisi. Kebutuhan pasokan listriknya sebesar 50 MVA. “Mesinnya listrik, jadi lebih ramah lingkungan,” ujarnya.

Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo ikut memantau perkembangan pembangunan LRT di Jakarta dan Palembang. “Kita ingin semuanya selesai tepat waktu agar bisa digunakan sebagai fasilitas pendukung Asian Games 2018,” bebernya.

Baginya, proyek LRT merupakan kesempatan emas bagi pemerintah untuk memperoleh pembelajaran dan alih teknologi. “Kita memang belum berpengalaman membangun MRT, LRT, maupun kereta api cepat. Tapi kita harap, suksesnya pembangunan LRT yang ada bisa bermanfaat untuk langkah berikutnya,” tuturnya.

Sekretaris Project Management Unit (PMU) Percepatan Penyelenggaraan LRT, Ahmad Wahidin, menjelaskan, update terakhir sampai pertengahan Februari 2017, progres pembangunan fisik LRT Palembang dengan panjang 24,5 km ini sekitar 33,41 persen. “Itu sebenarnya molor dari target pengerjaan awal yang seharusnya sudah 34,6 persen. Meski begitu terus kami kebut, termasuk pembangunan depo, agar target Juli 2018 rampung bisa tercapai,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kontraktor LRT, PT Waskita Karya (WK) sudah menyelesaikan pondasi (struktur) bawah LRT. Yang belum hanya di tengah Sungai Musi dan persimpangan. “Sekarang masih menyelesaikan pengerjaan lintasan, sambil membangun stasiun di 13 titik pemberhentian,” lanjutnya.

Diakuinya, untuk struktur dan kerangka stasiun itu pun sudah siap. Bahkan di beberapa titik seperti depan SMK Negeri 2 dan OPI Mall, pembangunan kerangka sudah naik ke atas. “Sekarang mulai kita pasang semua,” bebernya. Selain pembangunan stasiun, kata dia, pihaknya pun tengah melakukan persiapan pembangunan Depo di Jakabaring.

Pembebasan lahan sudah clear. Tinggal penyelesaian proses administrasi pembangunan seperti izin mendirikan bangunan (IMB), amdal (analisa dampak lingkungan), dan amdal lalu lintas. “Feasibility study (FS) sudah selesai. Setelah itu masuk ke Detail Engineering Design (DED). Target Juni 2017 dikerjakan dan selesai akhir tahun,” ucap dia.

Sebelumnya, Kabid Perkeretaapian Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Sumsel, Afrian Jon menerangkan untuk konstruksi LRT di Sungai Musi, ada rencana penutupan selama dua Minggu, rencananya Juli nanti. “Karena dampaknya bakal cukup luas, kami kini tengah koordinasi dengan instansi terkait disamping kontraktor mencari metode terbaik,” ujarnya.

Jika memang belum ditemukan metode baru, pihaknya siap merekayasa arus lalu lintas di Sungai Musi. Untuk desain stasiun LRT, kata dia sudah disetujui Gubernur Sumsel, Alex Noerdin. Nanti setiap stasiun punya warna dan bentuk berbeda. “Dengan arti dan makna yang berbeda pula,” tandasnya.


Sumber

© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved