Produk kereta buatan Indonesia kembali menyasar pasar luar negeri. Kali ini, produk kereta buatan tanah air tengah menjajaki peluang untuk dipakai di salah satu kota besar di Amerika Serikat, Chicago.
Keterangan tersebut disampaikan Konjen RI di Chicago, Rosmalawati Chalid, setelah bertemu perwakilan Chicago Transit Authority (CTA).
"Terdapat peluang bagi Indonesia untuk memasarkan kereta penumpang ke Chicago Transit Authority (CTA) yang berbasis di Chicago, AS," kata Rosmalawati Chalid dalam keterangan KJRI Chicago kepada kumparan, Rabu (7/3).
Rosmalawati menyebut saat ini CTA sedang membutuhkan ratusan kereta penumpang baru untuk 5 tahun ke depan. Kereta tersebut akan ditempatkan pada jalur perluasan di wilayah utara dan selatan Chicago yang telah berkembang menjadi daerah bisnis dan permukiman baru.
Selain itu, CTA pun saat ini sedang memodernisasi kereta penumpang yang rata-rata sudah berumur lebih dari 30 tahun.
“Ratusan kereta penumpang buatan PT INKA telah diekspor ke Bangladesh. Saya harap gerbong buatan PT INKA dapat masuk pasar AS untuk memenuhi kebutuhan gerbong-gerbong baru dalam rangka modernisasi CTA,” kata Rosmalawati kepada kedua pejabat CTA yang ditemuinya yaitu Chief Planning Officer CTA, Carole A. Morey, dan Vice President Scheduling and Service Planning CTA, Michael Connelly.
Meski sudah ada ketertarikan, bukan berarti Indonesia dapat langsung bisa mengirim kereta api. Proses penjajakan kerja sama di AS harus melewati proses bidding.
"Pemasaran kereta buatan Indonesia ke AS harus melalui proses bidding dan harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Kereta penumpang yang dioperasikan di berbagai negara bagian di AS tidak memiliki standardisasi yang sama. Kereta yang beroperasi di Washington, D.C., Boston dan Chicago masing-masing memiliki spesifikasi ukuran tersendiri," ujar Rosmalawati.
CTA merupakan perusahaan yang mengoperasikan moda transportasi kereta penumpang rapid transit system yang dikenal sebagai the Chicago “L” (singkatan untuk elevated), yang melayani kota Chicago dan sekitarnya.
Sistem transportasi ini mendapat nama the “L” karena sebagian besar jaringan sistem operasi rel keretanya ditinggikan, sebagian lagi berada di terowongan bawah tanah, dan sebagian lainnya berada di atas permukaan tanah.