Senegal Jadi Target Pasar Non-Tradisional Indonesia

07 September 2017

Dubes RI untuk Senegal Mansyur Pangeran saat menyampaikan paparan dengan Kadin Indonesia Komite Afrika

Banyaknya hambatan ekspor ke Eropa dan negara-negara maju lainnya mendesak Pemerintah Indonesia mulai bergeser ke pasar non-tradisional seperti Afrika. Dubes Indonesia untuk Senegal, Mansyur Pangeran, dalam pertemuan dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Komite Afrika, Mintardjo Halim, siap menindaklanjuti instruksi pemerintah untuk menggarap dan fokus pada kerja sama pasar non-tradisional.

Mansyur menyampaikan berbagai potensi bisnis di Senegal yang dapat dikembangkan kerja sama dengan Kadin dan sektor swasta Indonesia, antara lain joint venture pembangunan refinery kelapa sawit dan turunannya, kerja sama pengadaan sepeda motor Indonesia, dan transportasi roda dua menggunakan financial technology seperti Gojek.

Untuk itu, Kadin dan para pengusaha Senegal memiliki minat besar untuk menghadiri event Trade Expo Indonesia (TEI) 2017. Mansyur mengharapkan Kadin dan para pengusaha Indonesia dapat berpartisipasi pada pameran dagang internasional di Dakar (FIDAK 2017) dan di Kaolack (FIKA 2018). Khusus untuk FIKA 2018, Indonesia telah ditunjuk Ketua Kadin Nasional Senegal menjadi Negara Tamu Kehormatan.

Mintardjo menyampaikan bahwa Kadin Indonesia akan memfasilitasi para pengusaha Senegal tersebut untuk melakukan kunjungan ke pabrik-pabrik perusahaan yang diminati.

Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri, Daniel Tumpal, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, mengatakan bahwa Direktorat Afrika telah melakukan pemetaan profil negara-negara Afrika yang dibagi menjadi tiga kategori. Yaitu berdasarkan penjajakan kerja sama PTA, potensi kerja sama ekonomi konkrit terkait dengan Indonesia-Africa Forum 2018, dan terdapatnya perwakilan RI di negara Afrika tersebut. Dari tiga kategori pemetaan tersebut, Senegal masuk bersama Nigeria dan Mozambik.

Isu lainnya yang juga dibahas yaitu skema pengurangan tarif (PTA) Indonesia dengan ECOWAS. Tarif impor yang tinggi di Senegal dan negara-negara Afrika lainnya perlu mendapatkan perhatian khusus. Untuk itu, diperlukan adanya kerja sama PTA yang komprehensif dengan memperhatikan kepentingan produk ekspor Indonesia.

Salah satu hal menarik, Senegal serius berminat terhadap kereta api buatan PT INKA. Dalam pertemuannya dengan Dirut PT INKA Indonesia, Agus Purnomo, Dubes Mansyur mengatakan Pemerintah Indonesia perlu segera menindaklanjuti hasil pertemuan antara Wamenlu dengan Menteri Muda Urusan Perkeretaapian Senegal agar peluang tersebut tidak diambil RRC, Prancis dan Turki, yang telah sukses membangun kereta api cepat Train Express Regional Dakar-Bandara Blaise Diagne.

Dubes Mansyur mengharapkan agar realisasi pembelian kereta api PT INKA dapat segera dilakukan. Untuk itu, KBRI siap membantu mengkomunikasikan lebih lanjut dengan instansi terkait untuk memperlancar proses pembelian kereta api tersebut. "Peluang sudah di depan mata, jangan sampai kita ketinggalan dari RRC dan Prancis," ujar Dubes Mansyur dalam keterangan resmi, Rabu (6/9/2017).

Agus Purnomo menyambut baik minat Senegal membeli kereta api PT INKA dan pihaknya saat ini tengah mengkaji mekanisme sumber pendanaan pembelian kereta api tersebut. Agus menyampaikan bahwa target utama ekspor produk PT INKA adalah ke Asia dan Afrika dengan harga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan produk negara-negara maju.

Ia siap untuk menindaklanjuti permintaan Senegal membeli produk kereta api untuk mendukung grand design pembangunan infrastruktur perkeretaapian Senegal, sepanjang 750 km yang menghubungkan tiga provinsi yaitu Dakar-St. Louis dan Dakar-Tambacounda.


Sumber


© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved