BUMN Indonesia, China Resmikan Kerjasama Pembangunan Kereta Cepat

19 October 2015

Pimpinan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia Sahala Lumban Gaol (kiri) bersalaman dengan Yang Zhongmin (kanan), Chairman of Board China Railway International Co. Ltd, seusai peresmian rencana pembangunan HSR Jakarta-Bandung, di Hotel Pullman, Jakarta, 16 Oktober 2015

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dan China meresmikan rencana besar pembangunan kereta cepat (High Speed Railway/HSR) Jakarta-Bandung. HSR direncanakan mulai dibangun awal 2016 dan selesai triwulan I-2019.


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dan BUMN China membentuk anak usaha patungan bernama PT Kereta Cepat Indonesia China. Kerjasama ini dilakukan melalui anak usaha BUMN, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway International Co. Ltd. PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) adalah perusahaan patungan konsorsium BUMN Indonesia terdiri dari PT Wijaya Karya, PT Kereta Api Indonesia, PT Jasa Marga dan PT Perkebunan Nusantara VIII.


Pimpinan PSBI yang juga Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol usai acara Joint Venture Agreement Signing di Hotel Pullman Jakarta Jumat (16/10) menjelaskan, kereta cepat (High Speed Railway/HSR) Jakarta-Bandung ini berkecepatan 250 sampai 300 kilometer (km) per jam.


"Kita bikin kecepatannya 250 sampai 300 kilometer per jam. Di dalam High Speed Railway itu kita bisa memilih kecepatan mana yang paling sesuai untuk itu. Ini memang tekhnologinya yang hebat. Jadi dia ga nunggu setengah jam (untuk berhenti). Dia (kereta itu) hanya butuh waktu tiga menit dah berhenti dia," kata Sahala Lumban Gaol.


Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung ini terintegrasi dengan pengembangan kawasan pada lokasi persinggahan (Transit Oriented Development/TOD), sepanjang koridor Jakarta – Bandung akan menjadi tumbuhnya lokomotif tumbuhnya ekonomi regional. Bintang Prabowo, Direktur Utama PT Wijaya Karya menjelaskan, lokasi persinggahan ini akan ditujukan di 5 titik antara lain Walini.


"Dibangunnya kereta cepat ini paling tidak nanti ada yang namanya lokasi persinggahan (Transit Oriented Development/TOD). Ini banyak manfaatnya. Salah satu nya adalah meningkatkan efisiensi lokasi," jelas Bintang Prabowo.


Bintang Prabowo menyebut pekerjaan konstruksi, rel hingga persinyalan akan dilakukan oleh Indonesia sedangkan pengadaan rolling stock atau kereta dipasok dari China. Untuk pembiayaan proyek, Bintang menyebut 75 persen dari total investasi US$ 5,5 miliar dibiayai oleh China Development Bank (CDB) sisanya disokong modal sendiri dari konsorsium BUMN China-Indonesia yakni PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).


Yang Zhongmin, Chairman of Board China Railway International Co Ltd memastikan, pihaknya akan memegang teguh perjanjian yang telah ditandatangani bersama dengan BUMN Indonesia dalam kerjasama pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung ini.


"Bisa dipastikan, kami sangat unggul di China. Kami membentuk suatu konsorsium yangsangat unggul juga. Kemudian berkolaborasi dengan konsorsium di Indonesia. Kami memegang kuat komitmen itu dan yakinlah, kami tidak akan lari dari komitmen awal kami ini.


Yang Zhongmin menambahkan, setelah penandatanganan kerjasama ini pihaknya akan merinci lagi soal pendanaan yang kemudian akan diberikan oleh China Development Bank (CDB).


Xie Feng, Duta Besar China untuk Indonesia, mengatakan, kerjasama pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung merupakan hasil kesepakatan pemimpin kedua negara dalam mensinergikan strategi pengembangan.


"Dalam waktu satu tahun, Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo telah tiga kali melakukan kunjungan timbal balik dan dua kali melakukan pembicaraan telepon. Pemimpin kedua negara sepakat untuk mensinergikan inisiatif 'Jalur Sutra Maritim Abad 21' dan strategi 'Poros Maritim Dunia' melalui perluasan kerjasama pragmatids di berbagai bidang," jelas Xie Feng.


Xie Feng menambahkan, kerjasama Indonesia – China untuk membangun kereta cepat Jakarta – Bandung dibangun berdasarkan prinsip saling menguntungkan kedua negara. Xie Feng menyebut, proyek ini sebagai momen penting kerjasama ekonomi antara China dan Indonesia. Tidak hanya itu, kereta cepat ini diklaim sebagai pertama di Asia Tenggara.


"Pertama, kerjasama kedua negara dilakukan dengan model business to business melalui perusahaan patungan. Di mana Indonesia memegang saham 60 persen saham, sedangkan China 40 persen saham. Kedua pihak bersama-sama membangun kereta cepat sehingga menikmati keuntungan bersama dan menanggung risiko bersama," kata Xie Feng.


Sementara itu, Henricus Andy Simarmata, peneliti dari Center for Urban and Regional Research mengingatkan, mega proyek kereta cepat ini tidak boleh mengganggu daerah-daerah yang masuk dalam kawasan hijau.


"Salah satu poin yang penting adalah desain pengembangan kota nya harus ‘lompat katak’ gitu. Jadi ada wilayah-wilayah yang dia tidak boleh jamah atau kembangkan. Terutama untuk cadangan air, atau kawasan hijau ya. Artinya lahan yang sempit itu harus dioptimalkan. Ini yang harus kita kawal." kata Henricus Andy Simarmata.


Sumber

© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved