LRT Palembang on Progress, 2018 Uji Coba

24 January 2017


Pier (pilar) dan pierhead light rail transit (LRT), sudah hampir 100 persen terpasang. Tinggal di pengerjaan lintasan kritis, di tengah Sungai Musi. Kendati demikian, secara keseluruhan progres pembangunan fisik LRT Palembang oleh PT Waskita Karya tersebut baru mencapai 29 persen.

“Mayoritas bagian bawah (pondasi, red) sudah selesai. Paling bagian tengah Sungai Musi yang belum,” kata Ahmad Wahidin, sekretaris Project Manajement Unit (PMU) LRT Sumsel, kemarin.

Terkait untuk pengadaan kereta, Wahidin menyebut dilakukan oleh PT INKA (Persero). Gerbong kereta sesuai tipikal (kesesuaian bentuk). Begitupun eksterior. Untuk diketahui, PT Industri Kereta Api (INKA), adalah sebuah badan usaha milik negara (BUMN). Perusahaan yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur, itu berpengalaman memproduksi kereta api penumpang maupun gerbong barang.

Selain domestik, bahkan sudah mengekspor ke Malaysia, Thailand, Australia, dan Bangladesh. Sekretaris perusahaan PT INKA, Suryanto, berkomitmen menyelesaikan rencana pembangunan LRT pesanan PT KAI tepat waktu. Tenggat waktu yang diberikan, selesai dan siap dioperasionalkan sebelum pelaksanaan Asian Games 2018.

Mockup design sudah selesai, nantinya LRT akan dibuat dengan konstruksi dari aluminium. Ruang kabin dilengkapi tali pegangan tangan bagi penumpang yang berdiri, seluruh rangkaian LRT dilengkapi pendingin udara. Untuk memenangkan pengadaan tender kereta LRT Palembang, PT INKA (Persero) juga bersaing ketat dengan produsen kereta asal Tiongkok.

Kepala Bidang Perkeretaapiaan Dinas Perhubungan Provinsi Sumsel, Afrian Jon, mengatakan, rencananya gerbong LRT tersebut akan didatangkan ke Palembang pada awal 2018. Lanjut Februari 2018, langsung dilakukan uji coba kereta tersebut sebelum digunakan untuk masyarakat. “Tapi tahap awal, akan didatangkan dua gerbong dulu. Sebab LRT ada dua jalur,” katanya, kemari.

Soal spesifikasi gerbong, Jon mengaku belum tahu. Sebab itu menjadi kewenangan PT KAI. Yang pasti, spesifikasinya sudah ada. Mengingat pengadaan gerbong dilakukan lelang. Mulai dari kapasitas, jenis tempat duduk, interior dan eksterior serta lain-nya.

Kata Jon, pengadaan gerbong dilakukan selama 18 bulan. Tentunya, pengembangan lokomotif memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengguna. “Yang pasti, interior dan eksterior LRT memperhatikan kearifan lokal masyarakat Sumsel,” ulasnya.

Soal stasiun, saat ini masih dikaji potensi kemungkinan pengembangan stasiun dengan mengandeng pihak ketiga. Agar potensi stasiun dapat termanfaatkan dengan maksimal. Terutama untuk pembangunan stasiun yang berada di lahan pemprov yang akan dikembangkan menjadi Transit Oriented Development (TOD).

Ada sembilan stasiun yang berada di lahan pemprov. Seperti Stasiun Asrama Haji, stasiun RSUD Pemprov Sumsel, stasiun depan Dishub Sumsel, Stasiun Cinde dan lainnya. “Potensi ini dapat dikembangkan dengen menggandeng pihak ketiga. Mekanismenya masih dibahas,” paparnya.

Disamping itu, pembangunan stasiun juga mempertahankan sentuhan lokal berupa kain tradisional seperti songket. Rencana itu sudah disampaikan ke pemerintah daerah (gubernur) dan pemerintah pusat. Pihaknya juga sudah berkoodinasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga PT Waskita Karya. “Nuansa dan kearifan lokal di LRT sangat terasa. Sebab meski LRT identik dengan modern tapi memperhatikan kearifan lokal,” imbuhnya.


Sumber

© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved