KAI Beli 150 Lokomotif dari Amerika, Ini Kata INKA

23 October 2015

Lokomotif CC 300 buatan PT INKA (Persero)

Jakarta -PT Kereta Api Indonesia (Persero) membeli 150 lokomotif baru dari pabrikan asal Amerika Serikat (AS), General Electric. Selain membeli loko, KAI baru-baru ini menandatangi pemeliharaan loko dengan GE senilai US$ 60 juta. Lantas apa tanggapan PT Industri Kereta Api (INKA) (Persero) yang juga merupakan produsen lokomotif nasional?


Meski KAI tidak membeli loko made in madiun, namun INKA mengaku memperoleh pekerjaan dalam pengadaan 150 loko dari GE. INKA terlibat dalam perakitan ratusan loko di pusat produksi di Madiun, Jawa Timur.


"Saat KAI membeli loko GE yang 100+50 (150 loko), kita kebagian merakit bogie-nya (gerbong) saja," kata Direktur Produksi INKA, Hendy Hendratno Adji kepada detikFinance, Rabu (28/10/2015).


Hendy mengaku, INKA dan GE memang telah menjalin kerja sama sejak lama. Pada tahun 1996-2002, BUMN produsen kereta membentuk perusahaan patungan untuk memproduksi dan merakit loko. Loko ini dipasarkan untuk Indonesia dan Asia Tenggara.


"Tahun 1996-2002, kita membentuk perusahaan joint venture dengan GE untuk pasar Asia tenggara. Produk yang dijual ke KAI dan di ekspor ke Filipina," ujarnya.


Kerja sama dengan GE ini sebagai loncatan bagi INKA untuk mengembangkan dan memproduksi loko secara mandiri. Baru tahun 2010, INKA mulai mengembangkan loko made in Madiun tanpa bantuan negara lain. Loko jenis DH CC300 yang diracang oleh insinyur INKA, kini telah terjual 5 unit. Pembelinya ialah Kementerian Perhubungan (Kemenhub).


Ke depan, INKA ingin dilibatkan dalam pengadaan sarana perkeretaapian seperti loko hingga kereta. Apalagi, Presiden Joko Widodo memiliki program pengembangan kereta di luar Jawa. Selain itu, BUMN dan China juga akan membangun kereta cepat Jakarta-Bandung.


Hendy mengaku, industri kereta api di tanah sebetulnya bisa disejajarkan dengan produsen kerta dunia seperti Jepang, China, Prancis hingga Jerman, karena produsen kereta di negara tersebut, awalnya diberi kesempatan untuk terlibat dalam penyediaan dan pengembangan kereta. Setelah industri tumbuh, baru produk kereta diekspor ke berbagai penjuru dunia.


"Coba bandingkan di negara yang sudah memiliki industri kereta sendiri seperti Jepang, Korea, Jerman, Prancis dan China. Awalnya, mereka bisa maju karena diberi kesempatan di negara sendiri. Setelah maju, baru ekspansi atau ekspor ke negara lain," jelasnya.


(sumber: finance.detik.com)

© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved