PT Industri Kereta Api (Persero) Menerima Fasilitas NIA dari Kementerian Keuangan dan LPEI

11 December 2015

Direktur Utama PT INKA (Persero), R. Agus H. Purnomo dan Menteri Keuangan RI, Bambang P.S. Brodjonegoro saat di booth PT INKA (Persero) di gedung PT KML, Gresik (10/12)

Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero), R. Agus H. Purnomo menandatangani kesepakatan pinjaman dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), kemarin di Gresik (10/12). Pembiayaan tersebut untuk produksi 150 kereta pesanan Bangladesh Railway. Penandatanganan disaksikan Menteri Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro, turut hadir pula Ketua Dewan Direktur LPEI, Ngalim Sawega dan Direktur Utama PT Kelola Mina Laut (KML), Mohammad Najikh yang juga sebagai klien dari LPEI.


LPEI yang dikenal juga sebagai Indonesia Eximbank, melalui program pemerintah yakni National Interest Account (NIA) diminta untuk mendukung ekspor industri lokal dan Usaha Kecil Menengah (UKM) melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK.08/2015.


Dalam sambutannya. Menteri Keuangan mengungkapkan bahwa ekspor PT INKA ini sangat cocok dengan ide NIA. Menurutnya, PT INKA (Persero) tidak hanya membuat kereta tapi juga membuat produk untuk pasar luar negeri. Bangladesh sendiri bukan mitra dagang utama Indonesia. Sejarah perdagangan Indonesia dengan Bangladesh relatif terbatas.


“Salah satu penanda kemajuan industri Indonesia adalah INKA sebagai BUMN. BUMN industri atau manufaktur dikenal sebagai yang terbatas jumlahnya. Hal ini bisa membuat image juga bahwa BUMN ternyata bisa industrialis bahkan bisa membuat produk yang laku di pasar internasional. Produknya pun berupa kereta sehingga standar kualitas dan keamanannya pun harus dijaga. Usaha PT INKA (Persero) untuk masuk ke ekspor mendapat apresiasi darinya,” ungkapnya.


Beliau juga menambahkan bahwa untuk PPn sudah tidak dipungut biaya untuk industri alat transportasi termasuk kereta api. Beliau juga menyampaikan akan memfasilitasi biaya masuk agar ditanggung pemerintah untuk komponen-komponen kereta yang dimungkinkan rancu dengan komponen semisal dengan komponen mobil mewah. Harapannya, LPEI yang selama ini membiayai dari sisi produsen, ke depan LPEI harus bisa membiayai dari sisi konsumen.


Tentang Ekspor PT INKA (Persero)


PT INKA (Persero) telah mendapatkan pesanan produk kereta api untuk pemerintah Bangladesh melalui Bangladesh Railway sebanyak 150 kereta atau senilai USD 72 juta untuk delivery tahun 2016 dan optimis di tahun yang sama PT INKA (Persero) akan memenangkan kembali tender kereta sebanyak 264 kereta senilai lebih kurang USD 110 juta. Sebelumnya PT INKA (Persero) sudah beberapa kali mengekspor kereta api ke luar negeri sejak tahun 1998, yaitu ekspor 70 unit ballast hopper wagon ke Thailand. Kemudian tahun 2006 mengekspor 50 unit passenger coach ke Bangladesh. Ada pula ekspor ke Australia, INKA mengekspor wangon centre parts di tahun 2004.Terakhir di tahun 2012 PT INKA (Persero) mengekspor power generating car dan passenger coach ke Malaysia dan ke Singapura, PT INKA (Persero) mengeskpor well wagon.


Pasar Bangladesh merupakan pasar yang sangat menarik bagi industri kereta api di Indonesia, bukan saja karena proyek pembangunan perkeretaapian yang berkelanjutan dengan dukungan ADB (Asian Development Bank), namun juga menjadi kesempatan baik bagi PT INKA (Persero) untuk dapat memasuki pasar negara Asia Tengah seperti: Pakistan, Srilanka, kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah yang juga sangat berminat terhadap produk Industri kereta api Indonesia.


Proyek ekspor ke Bangladesh juga menjadi nilai strategis bagi Industri kereta api Indonesia, karena dengan mendapatkan Supply Record Export, maka akan mudah lolos dalam evaluasi di tender-tender internasional baik di kawasan Asia Tenggara maupun di negara berkembang lainnya, yang merupakan segmen utama pasar ekspor Industri kereta api Indonesia.


Pesaing utama saat ini Industri kereta api Indonesia, adalah dari India dan China yang didukung sepenuhnya oleh Bank Exim pemerintah masing-masing, dimana selain bisa menawarkan harga yang kompetitif juga menawarkan paket pendanaan untuk Bangladesh Railway. Disisi lain pasar Bangladesh dalam kacamata perbankan komersial di Indonesia adalah pasar dengan resiko negara/ country risk yang tinggi, sehingga beban atas biaya modal yang di tawarkan akan sangat tinggi, yang berakibat pada harga produk yang tidak kompetitif atau margin yang sangat tidak menarik.


Tanpa dukungan dari pemerintah, maka Industri kereta api Indonesia sulit untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor di Bangladesh, yang akhirnya berdampak pula pada semakin sulitnya meraih peluang ekspor ke kawasan regional dan negara berkembang lainnya, hal ini disebabkan terutama karena tidak bisa bersaing dengan harga produk dari India dan China.


Menteri Keuangan Republik Indonesia telah menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1156/KMK.08/2015 Tentang Penugasan Khusus Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Untuk Menyediakan Pembiayaan Ekspor Produk Gerbong Penumpang Kereta Api. Melalui program NIA, diharapkan rencana proyek ekspor kereta penumpang produk Industri kereta api dalam negeri untuk Bangladesh tersebut dapat dialihkan menjadi program penugasan khusus ekspor pemerintah kepada LPEI, sehingga bisa didukung dengan fasilitas pembiayaan yang kompetitif untuk panetrasi pasar produk kereta api dan meningkatkan daya saing produk ekspor Industri kereta api Indonesia beserta industri lokal pendukungnya, dan yang akhirnya juga akan meningkatkan perolehan devisa negara non migas.


© Copyright 2017 INKA - All Rights Reserved